PENDAHULUAN
“…Kenalilah
dirimu, kenalilah musuhmu, maka dalam seratus pertempuran kamu tidak akan
pernah kalah.”
Begitulah ungkapan
terkenal dari Sun Tzu, sang ahli strategi perang
asal negeri China untuk mengajarkan bahwa dalam memenangkan sebuah peperangan
maka diperlukan pengetahuan dan informasi yang cukup tentang semua yang
dimiliki oleh kawan maupun lawan, dan yang bersifat langsung maupun yang tidak
langsung. Bersifat langsung bisa didefinisikan sebagai segala faktor yang
mempengaruhi dan berhubungan langsung dengan kekuatan pertahanan, semisal
persenjataan, teknik, taktik, jalur logistik, jumlah personel dan lain-lain.
Sedangkan bersifat tidak langsung dalam konteks ini bisa didefinisikan sebagai
segala sesuatu yang tidak berpengaruh langsung dengan kekuatan pertahanan namun
dapat mempengaruhi kekuatan pertahanan tersebut, semisal kondisi kehidupan
keluarga prajurit yang tentunya berpengaruh besar pada psikologi prajurit dalam
menjalankan tugas, padahal prajurit merupakan salah satu bagian dari tiga hal
yang sangat berpengaruh dalam kekuatan pertahanan negara selain masalah
peraturan perundang-undangan sebagai pijakan hukum dan alat utama sistem senjata
(ALUTSISTA).
Perkembangan
teknologi infomasi baik jaringan internet maupun satelit yang semakin pesat di
millenium ke-3 ini membuat apa yang dulu susah payah dilakukan oleh para
pencari informasi nampak menjadi begitu mudah dilakukan, karena banyak
informasi yang muncul dengan sendirinya. Kemunculan social
media atau
media sosial dengan perkembangannya yang cukup pesat sampai dengan saat ini
yang ditandai dangan lahirnya berbagai bentuknya media sosial semisal blog,
jejaring sosial, wiki, forum dunia maya dan dunia virtual menjadikan manusia
dapat membangun relasi yang spesifik dengan berdasarkan visi, misi, ide,
gagasan, pertemanan, asal daerah, profesi dan lain-lain secara global tanpa
memandang ruang dan waktu. Kemunculan situs jejaring sosial seperti myspace,
linkedin, faceebok, twitterdan lain-lain menjadi suatu fenomena
luar biasa dan dalam perkembangannya, jejaring sosial tersebut sudah menjadi
bagian dari gaya hidup bahkan menjadi sebuah kebutuhan di masyarakat, tidak
terkecuali para prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI). Kondisi ini tentunya
mempunyai dampak positif dan negatif, dampak positifnya adalah kemudahan
menyampaikan informasi, komunikasi, mendapatkan wawasan dan pengembangan diri
bagi prajurit sehingga mereka dapat beradaptasi, bersosialisasi dengan publik
dan mengelola relasi pertemanan, sedangkan dampak negatif dari kondisi ini
adalah sangat riskannya penyebaran informasi yang tidak semestinya, yang dapat
berakibat pada kebocoran informasi yang seharusnya dirahasiakan.
BELAJAR
DARI PERANG ENAM HARI
Kemenangan Israel
dalam perang enam hari pada 5 s.d 10 juni 1967 seharusnya menjadikan pelajaran
yang sangat berarti bagi negara manapun di dunia ini tentang arti penting dari
sebuah informasi. Kita dapat melihat bagaimana Israel meraih kesuksesan besar dalam
perang tersebut walaupun musuh yang dihadapinya memiliki jumlah persenjataan
yang lebih banyak dan lebih modern saat itu. Tentu kemenangan tersebut mustahil
terjadi jika tidak didukung informasi yang cukup akurat, dan tindakan yang
tepat untuk memanfaatkan informasi yang telah dimiliki. Sejarah mencatat
bagaimana kesuksesan dinas intelejen Israel (MOSSAD) yang berhasil mengumpulkan
profil pribadi dan keluarga para pilot pesawat tempur suriah yang bertugas
dalam perang, dan mengancam akan membunuh keluarga para pilot jika para pilot
tersebut melaksanakan membom kota tel aviv. Ternyata ancaman
tersebut sangat mempengaruhi para pilot Suriah yang berperang, dan hampir tidak
ada bom yang dijatuhkan para pilot tempur Suriah di kota tel
aviv karena
mereka memilih menjantuhkan bom yang dibawanya di laut walaupun melaporkan pada
pemimpin mereka bahwa bom dijatuhkan kota tel aviv. Sekilas sejarah perang
tersebut membuktikan bahwa keamanan data pribadi dan keluarga seorang prajurit
sangatlah berharga dalam suatu pertahanan negara, karena sebagai manusia biasa,
setiap prajurit juga pasti mempunyai kecintaan dan kekhawatiran akan
keselamatan dirinya lebih-lebih keselamatan keluarga yang disayanginya.
Jika dahulu MOSSAD
harus bersusah payah untuk mendapatkan informasi rinci tentang kekuatan militer
pemerintah Suriah dan data profil prajurit yang ikut dalam perang enam hari
tersebut mereka harus memasukkan seorang agen intelejen terkenal bernama Eli
cohen, maka
saat ini khusus untuk mengumpulkan data informasi pribadi dan keluarga prajurit
bisa jadi hanya cukup dengan menganalisa data account profil pengguna jejaring sosial. Hal
tersebut bisa terjadi dikarenakan perilaku narsis yang sengaja atau tidak
sengaja dilakukan oleh para prajurit dengan mengunggah informasi-informasi yang
seharusnya tidak diunggah secara bebas, seperti: informasi nama lengkap, foto
terbaru, pangkat, satuan, nomor handphone, lokasi satuan, lokasi operasi, data
dan foto keluarga personel di media sosial. Jika data-data tersebut sudah
terdokumetasi secara baik oleh pihak musuh, maka bisa dibayangkan jika suatu
saat terjadi perang dan musuh tersebut menggunakan data tersebut untuk
mengancam atau menakut-nakuti keluarga prajurit maka dengan sendirinya secara
psikologis semangat juang prajurit dalam pertempuran akan terganggu. Belum lagi
potensi kebocoran informasi yang bisa terjadi dari prilaku narsis tersebut,
semisal prajurit dengan sengaja atau tidak berfoto di depan alutsista atau di
lokasi yang seharusnya merupakan area terbatas (restricted
area) dan
mengunggahnya di jejaring sosial yang berakibat pihak musuh dapat menganalisa
kemampuan pertahanan negara berdasarkan foto tersebut.
KESIMPULAN
Mengingat besarnya
efek yang ditimbulkan dari potensi kebocoran informasi tersebut, maka tidak
berlebihan jika beberapa negara memberlakukan aturan yang sangat ketat kepada
para personel militer dan personel sipil yang berhubungan langsung dengan
pertahanan negara dalam berinteraksi dengan media sosial khususnya jejaring
sosial. Bahkan, Israel melarang setiap personel militernya mempunyai account facebook dengan alasan dapat berpotensi
membocorkan informasi operasi dan rahasia negara. Tugas pemerintah dan kemauan
prajurit untuk menerapkansense of security terhadap informasi pribadi,
keluarga dan informasi lain yang menyangkut pertahanan negara merupakan sebuah
keharusan di era digital saat ini dimana informasi dengan mudah dan cepatnya
beredar, sehingga tidak ada anggapan bahwa kebocoran informasi penting bahkan
rahasia dikarenakan negara lain yang lebih maju mempunyai peralatan canggih
sehingga pasti mengetahui semua informasi di negeri ini, karena pada prakteknya
banyak informasi yang beredar adalah karena dibocorkan sendiri baik secara
sengaja atau tidak sengaja oleh yang mempunyai informasi tersebut.(Lembaga Keris)
Posting Komentar