SBNNEWS.ID - Pembangunan kekuatan pertahanan Singapura senantiasa menganut prinsip leading the edgae. Yakni militer negeri kecil itu harus lebih unggul secara teknologi daripada militer di negara-negara sekitarnya.
Namun pelan tapi pasti, dua negeri di sekitar Singapura telah mampu mengurangi kesenjangan teknologi militer mereka dengan negeri yang dulunya merupakan wilayah Melayu tersebut. Sebagai contoh, kekuatan laut Indonesia mampu menandingi mitranya dari Singapura dalam urusan rudal anti kapal jarak jauh.
Meskipun Singapura telah berupaya membangun keunggulan dibandingkan tetangganya, akan tetapi perlu dipahami bahwa Angkatan Laut negeri itu memiliki kelemahan kritis. Kapal perang negeri itu semakin kekurangan sumberdaya manusia, walaupun prinsip less crew telah diterapkan dalam desain dan pembangunan kapal perangnya.
Mengapa isu sumberdaya manusia menjadi kritis bagi Angkatan Laut Singapura?
Pertama, tingkat kelahiran yang rendah yang berkisar 1.19 persen pada 2013. Adapun penduduk negeri yang memisahkan diri dari Federasi Malaysia itu sekitar 4.5 juta jiwa. Sejak dekade silam, sebagian besar pasangan muda di sana tak ingin memiliki anak karena beranggapan dibutuhkan biaya besar untuk membesarkan mereka di tengah tingginya biaya hidup Singapura.
Kondisi itu pada akhirnya berpengaruh pada ketersediaan tenaga muda yang akan masuk ke Angkatan Laut, baik lewat jalur National Service (NS) maupun jalur reguler setelah masa NS selesai.
Kedua, kebijakan selektif rekrutmen personel Angkatan Laut. Apabila bertandang ke markasnya di darat maupun kapal perang Angkatan Laut Singapura, tak akan pernah ditemukan personel Angkatan Laut selain yang berlatar belakang etnis China dan India.
Sebagaimana diketahui, terdapat tiga etnis utama di negeri yang dulunya dikuasai oleh Belanda sebelum ditukar dengan Bengkulu melalui Perjanjian London 1824, yakni China, Melayu dan India. Karena kecurigaan terhadap loyalitas puak Melayu Singapura, warga Melayu tak boleh masuk Angkatan Laut.
Dari sisi tingkat kelahiran, tingkat kelahiran puak Melayu Singapura jauh lebih tinggi daripada etnis China Singapura. Namun karena kebijakan selektif dalam rekrutmen personel Angkatan Laut, suku asli pemilik Pulau Tumasik tak boleh berdinas di Angkatan Laut.
Situasi demikian juga mempengaruhi ketersediaan sumberdaya manusia untuk mengawaki Angkatan Laut negeri Singa yang diapit tetangga raksasa di selatan dan bekas induk semangnya di utara.
Posting Komentar