Perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat dan terus beradaptasi dengan kebutuhan manusia tentunya semakin memudahkan kita dalam berkomunikasi dan menjelajahi isi dunia. Namun ada yang perlu kita ketahui dengan semakin majunya teknologi informasi maka ancamanpun juga akan ikut berubah sesuai dengan bentuk lingkungannya. Apalagi saat ini kita sudah dikenalkan dengan jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Messenger dan lain sebagainya.
Saat pertama kali dikenalkan, banyak kalangan yang memandang Medsos sebelah mata, namun seiring dengan perkembangan jaman dimana anak - anak muda kekinian semakin gandrung dengan fitur-fitur Medsos otomatis hal itu membuat Medsos semakin populer dan dikenal masyarakat sebagai alat interaksi modern yang efektif.
Di negara maju misalnya, pihak otoritas keamanan menempatkan Medsos ke dalam salah satu daftar pengawasan. Hal itu di lakukan lantaran banyaknya pengaduan dari masyarakat yang menjadi korban penipuan, teror hingga tindak kejahatan dunia maya atau cyber crime.
Amerika Serikat (AS) adalah negara besar yang dikenal memiliki gaya hidup liberal dan demokratis dimana masyarakatnya begitu menggandrungi kecanggihan teknologi tidak segan - segan menurunkan otoritas keamanannya seperti FBI dan CIA untuk mengawasi aktifitas warga negaranya rentan menjadi sasaran tindak kejahatan hingga terorisme. Selain itu jejaring sosial juga di jadikan sebagai mata dan telinga AS untuk mempersempit ruang gerak seseorang, kelompok atau organisasi yang berpotensi membahayakan kepentingan nasional AS.
Perkembangan Jejaring Sosial di Indonesia
Indonesia sebagai salah satu negara demokrasi terbesar yang berpenduduk 400 juta jiwa lebih adalah tempat yang sangat cocok untuk perkembangan dunia jejaring sosial. Namun sayangnya perkembangan jejaring sosial ini kurang mampu di kawal pemerintah dengan baik sehingga kerap kali di jadikan sebagai ajang provokasi, propaganda, kriminalitas, hingga pembentukan opini untuk mengganggu kestabilan negara. Bahkan tidak jarang kelompok sparatis dan radikal keras diketahui melakukan penggalangan suara untuk membangun opini masyarakat lewat kecanggihan komunikasi bernama sosial media.
Suksesnya jejaring sosial media yang semakin memudahkan komunikasi antar manusia harus mampu di baca dan di antisipasi oleh pemerintah dan buang jauh - jauh pikiran "Media sosial bukanlah ancaman". AS dan China demi menjaga keamanan dan stabilitas negaranya dari berbagai potensi ancaman tidak segan untuk menurunkan tim cyber agar dapat mengawasi warganya yang saling berinteraksi di dunia maya. Jadi tidak ada salahnya juga apabila pemerintah meniru langkah kedua negara tersebut untuk menjaga kepentingan nasional Indonesia dari berbagai bentuk ancaman yang datang dari dunia cyber.
Teritorial Modern TNI
Sebagai salah satu komponen utama pertahanan negara yang memiliki tugas pokok menjaga dan mengawal kedaulatan negara dari berbagai spektrum ancaman baik yang datang dari luar maupun dalam di tuntut untuk mampu beradaptasi dan membaca situasi dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi yang terus berkembang dan tersebar dengan cepat tanpa mengenal jarak dan waktu. Dalam hal ini setiap prajurit TNI harus mampu mengembangkan potensi diri dimana dunia maya sudah harus menjadi rujukannya. Sudah tidak jaman lagi prajurit TNI hanya mengandalkan peran teritorialnya yang konvensional seperti mencari informasi yang hanya bersumber dari person to person di dunia nyata, melainkan TNI juga harus mampu menyelami dunia tanpa batas (maya) yang di sebut sebagai jejaring sosial dan berbaur dengan masyarakat moderat.
Sebuah tantangan yang menarik bagi TNI yang selalu memposisikan diri sebagai prajurit profesional yang pada intinya kemanunggalan TNI - Rakyat harus tetap terjaga seiring dengan kemajuan jaman. Jadi tidak ada salahnya bila saat ini dunia maya menjadi tempat tongkrongan baru prajurit TNI untuk mengembangkan kemampuan teritorialnya dan tentunya tidak ada istilah kewilayahan karena di dunia maya tidak mengenal kata batas wilayah. Dan selain itu juga di harapkan TNI mampu menguasai medan yang sesungguhnya dalam kancah "perang modern" khususnya untuk merebut hati dan pikiran rakyat via kecanggihan teknologi melalui sosial media.
Inilah yang penulis sebut dengan istilah teritorial modern dimana dunia maya menjadi salah satu basis Binter bagi prajurit profesional TNI untuk selalu dekat dengan rakyat. Sedikit mengutip kalimat Mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono :
"Aparatur negara jangan segan - segan masuk ke jejaring sosial, Bimbing dan ajarilah masyarakat kita dengan hal - hal yang benar". (Aris Setiawan)
Posting Komentar