Dialog Kebangsaan yang dihadiri sebanyak 240 peserta yang terdiri dari unsur tokoh agama, tokoh masyrakat, ormas, partai politik dan mahasiswa ini menghadirkan tiga orang anggota Komisi XIII DPR yaitu Ketua Komisi XIII Willy Aditya dan dua anggota Komisi XIII lainnya Mafirion, dan Siti Aisyah..
Acara yang dihadiri Gubernur Riau, H. Abdul Wahid ini digelar di Gedung Daerah Balai Serindit Gubernuran Riau, Pekanbaru, Rabu (26/3/2025) petang. Dialog Kebangsaan yang dikemas dalam sesi Talk Show ini menghadirkan narasumber Kepala BNPT RI, Komjen Pol. Eddy Hartono, S.Ik, MH dan dua anggota Komisi XIII DPR yaitu Mafirion, dan Siti Aisyah.
Dalam sambutan selamat datangnya, Gubernur Riau, Abdul Wahid mengungkapkan rasa bangga dan terima kasihnya karena Riau menjadi tuan rumah dalam penyelenggaraan kegiatan dialog yang digelar BNPT bekerja sama dengan DPR RI sebagai upaya mendukung upaya memperkuat nilai kebangsaan bagi masyarakat Riau dalam mencegah radikalisme dan terorisme ini.
“Pemprov Riau mengucapkan terima kasih atas penyelenggraan acara ini. Kami mengapresiasi BNPT dan Komisi XIII atas perhatiannya terhadap isu ini. Kami berharap mudah-mudahan dengan forum dialog kebangsaan ini dapat merajut nilai-nilai kebangsaan dan memperkuat semangat persatuan di tengah masyarakat,” ujar Abdul Wahid.
Lebih lanjut, Wahid menyoroti perkembangan terorisme yang masih menjadi ancaman bagi bangsa, terutama akibat pemahaman yang keras dan ekstrem. Ia menegaskan bahwa pemikiran yang tertutup, dapat memicu gesekan di tengah masyarakat, yang pada akhirnya menimbulkan konflik.
"Karena kami sendiri juga sangat menyayangkan tumbuhnya radikalisme yang berakar dari pemikiran tertentu karena dahulu, Riau sering terjadi aksi terorisme. Kepolisian memiliki catatan tersendiri terkait hal ini. Namun, alhamdulillah, indeks kerukunan beragama Riau kini berada di posisi kedua nasional,” ungkapnya.
Wahid menekankan bahwa satu diantara faktor utama yang berperan dalam menjaga persatuan di Riau adalah adanya dialog yang terus dilakukan di berbagai lapisan masyarakat. Oleh karena itu, ia sangat mendukung penyelenggaraan acara ini secara rutin.
“Kalau perlu, acara ini diadakan sebulan sekali agar internalisasi kebangsaan semakin menjiwai. Bukan hanya di ibu kota provinsi, tetapi juga di kabupaten-kabupaten, terutama di wilayah perbatasan. Karena dialog seperti ini sebagai kunci dalam memperkuat persatuan, dan mendukung upaya internalisasi nilai kebangsaan,” ujarnya.
Sementara itu Ketua Komisi XIII DPR RI Willy Aditya dalam keynote speechnya mengatakan bahwa penting bagi seluruh masyarakat untuk berdiskusi tentang persatuan di bulan Ramadan ini. Hal ini agar masyarakat tidak lupa bagaimana Indonesia ini hadir sebagai sebuah bangsa,
“Karena hal itu sangat relevan untuk mengingat bagaimana Indonesia terbentuk sebagai sebuah bangsa, dengan kontribusi besar dari bangsa Melayu. Karena masyarakat Indonesia ini memiliki dua konsep penting yakni persaudaraan dan kebangsaan,” ucapnya.
Menurut Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Nasdem Riau ini, dalam memerangi terorisme dan memperkuat persaudaraan tentunya tidak cukup jika hanya dengan seminar atau pembelajaran kognitif, tetapi harus melalui dialog dan kerja bersama.
“Saya minta kepada pak Gubernur Riau, apa yang membuat bangsa kita terfragmentasi? Ayo kita fasilitasi anak daerah kita, asrama daerah dan berkuliah dikota-kota. Primordialisme mengikis perasaan kebangsaan kita. Kalau masih mempersoalkan etnis dan primordial kapan kita jadi Indonesia? Semoga dialog ini memberikan manfaat dalam memperkuat persatuan dan kebangsaan,” ujarnya mengakhiri.
“Kami melakukan dialog kebangsaan dimana kami bersama Komisi XIII DPR RI berkolaborasi dalam rangka untuk mengedukasi dan meliterasi terhadap bahayanya paham radikal terorisme di provinsi Riau sehingga ini perlu dilakukan,” ujar Komjen Pol Eddy Hartono.
Dikatakan alimni Akpol tahun 1990 ini, dialog seperti ini sangat penting sekali, sebagaimana tema yang diangkat yakni memperkuat persaudaraan untuk menjaga keutuhan bangsa. Karena sejatinya bangsa Indoensia memiliki sejarah panjang terhadap ancaman terorisme di tiga era, dimulai dari masa Orde Lama, Orde Baru dan Reformasi.
“Salah satu ujian negara ita adalah ancaman terorisme, diuji dengan pemberontakan DI/TII pada masa Orde Lama, sedangakan masa Orde Baru muncul kelompok residu dari DI/TII yang melakukan metamorfosis atau membentuk generasi baru dan pencegahannya lebih kepada melalui intelijen approach dimana saat itu namanya Bakorstanasda (Badan Koordinasi Bantuan Pemantapan Stabilitas Nasional tingkat Daerah),” ujarnya.
Setelah itu di era reformasi di tahun 1999 keatas menurutnya mulai terjadi lagi pengeboman di berbagai daerah. sepertibom malam Natal, Bom Bali I, Bom Bali II dan sebagainya “Dan saat itu pemerintah seperti kaget, sehingga muncul Desk Terorisme di bawah Menko Polkam. Hingga akhirnya dilakukan operasi Penegakkan Hukum hingga saat ini,” ujarnya menjelaskan
Mantan Direktur Penggakkan Hukum BNPT ini menjelaskan bahwa di BNPT pihaknya juga memunyai program yang Namanya Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Ekstrimisme (RAN-PE) Berbasis Kekerasan yang mengarah kepada terorisme. Sehingga dialog seperti ini harus sampai ke tingkat desa.
“Dan selain itu hal ini juga melaksanakan daripada Asta Cita Presiden RI, Prabowo Subianto dan juga melaksankan prioriotas daripada RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional),” ujar mantan Kadensus 88/Anti Teror Polri ini
Untuk itu dirinya menghimbau kepada masyarakat untuk selalu meningkatkan kewaspadan dari potensi ancaman penyebaran paham radikal terorisme ini yang mana radikalisme itu tumbuh dari intoleransi.
“Maka dari itu kami berpesan agar budaya toleransi beragama, suku bangs aitu harus terus dipelihara. Sehingga diharapkan nantinya tidak terjadi intoleransi yang dapat berujung pada tindakan terorisme,” ujarnya mengakhiri.
“Kearifan lokal berbasis kekerabatan berpotensi menjadi benteng dalam menangkal radikalisme. Namun, diperlukan penguatan agar kearifan lokal tetap relevan dalam menghadapi ancaman modern
Perlu adanya lembaga yang fokus
memberikan pemahaman tentang pentingnya persatuan dan persaudaraan. Lembaga ini
(BNPT) dapat berperan sebagai penangkal ideologi radikal dan memperkuat nilai
kebangsaan,” ujanya.
Dirinya berpesan kepada masyarakat Riau agar tidak mudah terpapar radikal terorisme yang mana tentunya struktur masyarakatnya harus kuat, tidak boleh longgar. Hubungan antara masyarakat yang satu dengan yang lain harus dijaga.
“Selain itu semua yang apapun yang dapat menimbulkan intoleransi tidak boleh terjadi. Untuk itu kita akan terus bersama-sama masyarakat untuk melakukan sosialisasi agar dimasa depan terorisme dan radikalisme ini tidak aka nada lagi di bumi Melayu ini,” katanya.
Anggota Komisi XIII DPR RI lainnya, Siti Aisyah berpesan kepada generasi Z harus cerdas dalam bermedia sosial. Generasi Z jangan ikut-ikutan membully atau merasa paling benar. Karena Cyberbullying bisa menjadi awal munculnya radikalisme dan terorisme.
“Kunci utama mencegah terorisme adalah dengan menanamkan sikap toleransi, termasuk dalam interaksi di media sosial. Ibu memiliki peran kuat dalam mendidik anak agar tidak mudah terpengaruh paham radikal. Sehingga untuk memiliki ilmu dan wawasan luas agar tidak terjebak janji palsu kelompok radikal,” kata Siti Asiyah.
Turut juga mendampingi Kepala BNPT dalam acara Dialog Kebangsaan tersebut yakni, Deputi I bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi, Mayjen TNI Sudaryanto, SE., M. Han., Deputi II bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan, Irjen Pol. Ibnu Suhendra, S.Ik., Direktur Pencegahan Prof. Dr. Irfan Idris, MA., dan Kasubdit Kontra Propaganda Kolonel Cpl. Hendro Wicaksono, SH., M.Krim.,
Turut hadir pula Ketua DPRD Riau Kaderismanto, Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Riau Irjen. Pol. Herry Heryawan, S.I.K., M.H.,, Wakil Kepala kejaksaan Tinggi (Wakajati) Riau Rini Hartatie, S.H., MH., Wakapolda Riau Brigjen Pol Adrianto Jossy Kusumo SH, M.Han., dan Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) provinsi Riau yang juga bertindak sebagai Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) provinsi Riau, Jenri Salmon Ginting,AP.,M.Si. (Adri Irianto)
Posting Komentar